MANADO, MANIMPANG.com — Sore itu, angin berhembus pelan di Jalan Piere Tendean, Sario Utara.
Biasanya, jalan yang akrab disebut Boulevard ini hanya dipenuhi suara klakson dan deru kendaraan.
Namun kali ini ada yang berbeda, ribuan lembar kain kecil berwarna merah dan putih berkibar di tangan warga, menghadirkan suasana haru dan kebanggaan.
Bendera-bendera itu dibagikan oleh Aliansi Dosen Akademik dan Kevokasian Seluruh Indonesia (ADAKSI) DPW Sulut, bersama sejumlah komunitas.
Sekilas mungkin tampak sederhana. Tapi bagi banyak orang, bendera kecil itu menjadi hadiah istimewa untuk menyambut HUT ke-80 Republik Indonesia.
Di pinggir jalan, Maria, seorang pedagang kaki lima, tampak sibuk menancapkan bendera di gerobak jualannya. Senyumnya merekah, matanya sedikit berkaca-kaca.
“Kalau lihat Merah Putih berkibar, dada ini rasanya langsung bergetar. Ada kebanggaan yang susah dijelaskan,” ucapnya lirih.
Tak jauh dari situ, Ridwan, seorang ojek online, menerima bendera dari panitia. Tanpa ragu, ia segera memasangnya di spion motor. Wajahnya berbinar.
“Bendera ini jadi semangat baru. Rasanya perjalanan saya nanti lebih bermakna,” katanya sambil menyalakan mesin kendaraannya.
Menurut Ketua ADAKSI DPW Sulut, Brave A. Sugiarso ST MT., kegiatan ini adalah wujud nyata cinta tanah air. Lebih dari sekadar membagi bendera, ia ingin menyalakan semangat persatuan.
“Mari rayakan kemerdekaan dengan semangat gotong royong. Jangan hanya berhenti pada simbol, tapi juga di hati,” ajaknya.
Diketahui, Sekretaris ADAKSI DPW Sulut Anas R. Hibrida S.Sos MM CPHRM., dan Bendahara Sandra I.Asaloei SPd SAB MAB.
Dukungan pun datang dari berbagai pihak, PPWI se-Sulut, Rampai Nusantara Sulut, Perwanti Sulut, hingga komunitas-komunitas lokal.
Semua berkumpul, bergandengan tangan, seolah menyatu dalam satu tujuan: mengibarkan Merah Putih dengan penuh kebanggaan.
Senja perlahan turun. Di sepanjang Boulevard, kini tampak bendera berkibar di motor, kios kecil, hingga rumah-rumah. Jalan yang biasanya hanya ramai oleh lalu lintas, sore itu menjelma menjadi kanvas merah putih.
Malam harinya, suasana kebersamaan masih terasa. Sebuah kafe sederhana menjadi tempat pertemuan para panitia dan komunitas. Di antara tawa, obrolan hangat, dan aroma kopi, semangat kemerdekaan tetap mengalir.
Bagi mereka, Merah Putih bukan hanya kain dua warna. Ia adalah cerita yang menyatukan—tentang kebanggaan, persaudaraan, dan cinta pada negeri ini. (AK)






